Sabtu, 25 Februari 2017

Terjebak di Zona Nyaman


    Bertemu tanpa sengaja. Ku kira itu hanya sebatas pertemuan lalu akan berpisah saat itu juga. Tapi nyata nya, tidak. Tuhan mengijinkan aku bertemu dengan mu untuk saling mengenal. Mengenal dan mengenal. Ku kira hanya sebatas itu. Tidak dapat diduga karena kenyataan nya tidak seperti yang dipikirkan. Tuhan masih mengijinkan aku dengan mu untuk dekat lebih jauh dari sekedar perkenalan biasa. Semakin hari semakin dekat. Tidak hanya sekedar chattingan saja, bahkan kita sering bertatap muka serta melakukan percakapan secara langsung.

   Karena kita sering bertemu dan semakin hari semakin dekat. Tidak heran, banyak orang yang mengira kita punya hubungan spesial. Tapi sayangnya, pikiran, pendapat dan apa yang orang lain lihat tidak semuanya benar. Memang kita dekat. Dekat nya kita bukan berarti kita mempunyai hubungan spesial seperti sepasang kekasih pada umumnya..

   Kita adalah dua orang yang dipertemukan Tuhan tanpa sengaja. Entah, kita sendiri tidak tahu alasan pastinya mengapa kita dipertemukan seperti ini dan dalam keadaan seperti ini. Apa Tuhan mengijinkan kita hanya untuk saling mengisi kekosongan hati? Kekosongan hati yang sedang dirasakan untuk sekarang? Apa Tuhan ingin menyatukan dua hati, dua orang yang berbeda ini sebagai pendamping hidup? Ku rasa hanya Tuhan yang tahu alasan-Nya. Kita memilih untuk menjalani saja semuanya. Bagi kita, jalani saja ini semua seperti air sungai yang mengalir secara terus menerus menuju muara nya. Walau tidak ada status yang jelas diantara hubungan ini.

   Tidak ada status yang jelas? Iya tidak ada. Yang jelas kita hanya bisa merasakan rasa nyaman jika bersama. Aku sangat senang saat menghabiskan waktu berdua dengan mu. Tertawa bersama. Berbagi cerita serta pengalaman. Katamu, kau paling senang melihatku untuk tersenyum. Kau selalu saja membuat diriku tersipu malu. Padahal hanya dengan kata-kata sederhana yang diucapkan darimu.

   Pernah suatu kali, kita tidak bertemu. Rasanya tersiksa batin ini. Seperti ada yang hilang. Tidak dapat dipungkiri lagi, kalau aku benar sedang merindukan mu. Merindukan saat kita bersama. Ku kira, hanya aku yang sedang rindu. Ternyata, kau pun mempunyai perasaan yang sama. Rindu pada ku. Lalu kau mengungkapkan perasaan mu saat kita tidak bertemu. Apa ini sebuah mimpi? Dirindukan kembali dengan orang yang membuatku nyaman. Perasaan rindu bercampur senang saat dirimu jujur padaku kalau kau juga rindu. Setelah kemarin tidak bertemu, akhirnya kita dapat bertemu kembali. Ku harap cukup hari kemarin yang membuatku tersiksa oleh rindu. 

   Seiring berjalannya waktu, kita merasa semakin nyaman satu sama lain. Bahkan kita berdua sempat membicarakan perihal tentang kejelasan hubungan ini. Sampai akhirnya aku terdiam sejenak. "Apa mungkin kita dapat bersama dengan status yang jelas?" dalam hati kecil ku berbicara. Aku tidak bisa menyimpulkan status yang jelas untuk sebuah hubungan ini. Karena aku bingung serta takut salah mengambil keputusan. Aku takut kalau kita berkomitmen menjalani hubungan lebih dari teman dekat ini akan merubah segalanya. Aku tidak mau kehilangan mu. Tapi aku juga semakin tidak nyaman dalam keadaan seperti ini. Seperti digantungkan oleh sebuah ketidakjelasan. Seperti nya kau mulai mengerti mengapa aku terdiam sejenak, lalu kau menjawab untuk menenangkan ku dengan suara lembutmu itu : "Aku sendiri tidak tahu akan seperti apa nantinya jika kita salah mengambil keputusan pada hari ini. Yang aku tahu jodoh tidak akan kemana."

   Saling menerima keadaan. Memahami apa yang terjadi diantara kita. Bahagia tidak selalu memikirkan apa kata orang. Buat apa mendengarkan kata orang? Orang-orang hanya bisa berkomentar. Yang menjalani ini semua kan, kita. Aku dan Kamu. Tidak ada gunanya, memikirkan kata orang-kata orang. Hidup akan terasa tidak damai jika hanya mendengarkan serta memikirkan apa kata orang mengenai hidup kita. Ambil positifnya saja dari kata-kata mereka. Terkadang kita memang perlu bersikap tidak peduli untuk beberapa hal, termasuk hal ini.

   Hari demi hari, aku mencoba untuk lebih bisa menenangkan pikiran. Entah mengapa, saat itu juga pikiranku kacau hingga bisa terlintas dipikiranku mengenai ucapan orang-orang. Padahal aku berusaha melawan semuanya itu dan mencoba menenangkan pikiranku kembali. Ternyata, semakin aku mengabaikan semua pikiran itu, semakin dihantui pula oleh pertanyaan-pertanyaan yang membuat diriku sendiri tidak tahu apa jawabannya dari semua pertanyaan itu. Yang ku tahu, perasaan yang tak sengaja ditanam ini terus tumbuh. Perasaan yang mengalir begitu saja. Arahnya masih tidak tahu mau dibawa kemana.